Bibit yang kedua bergumam, “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam
tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah
di sana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah
nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku itu pasti akan
terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka dan siput-siput
mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua
anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih
baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.” Dan bibit itupun menunggu,
dalam kesendirian.
Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.
Memang selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon
yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam sikap
pesimis, kengerian, keraguan, dan kebimbangan- kebimbangan yang kita
ciptakan sendiri. Kita sering terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau
melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka
pilihlah dengan bijak.